A.
DEFENISI
MALNUTRIS (GIZI BURUK)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ – organ
serta menghasilkan energi.
Malnutrisi
atau gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit
dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap
TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor
atau marasmik kwashiorkor.
Gizi buruk atau malnutrisi dapat
diartikan sebagai asupan gizi yang buruk. Hal ini bisa diakibatkan oleh kurangnya
asupan makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun karena sebab
lain seperti adanya penyakit infeksi yang menyebabkan kurang terserapnya
nutrisi dari makanan. Secara klinis gizi buruk ditandai dengan asupan protein,
energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi ataupun berlebih
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan.
Gizi buruk ini biasanya terjadi pada
anak balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung
lapar). Gizi buruk dapat berpengaruh kepada pertumbuhan dan perkembangan anak,
juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah, jika dikombinasikan dengan
perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya penyakit lain, gizi
buruk dapat menyebabkan kematian.
Perbedaan
gizi buruk dengan kelaparan
Gizi buruk berbeda dengan kelaparan.
Orang yang menderita kelaparan biasanya karena tidak mendapat cukup makanan dan
kelaparan yang diderita dalam jangka panjang dapat menuju ke arah gizi buruk.
Walaupun demikian, orang yang banyak makan tanpa disadari juga bisa menderita
gizi buruk apabila mereka tidak makan makanan yang mengandung nutrisi, vitamin
dan mineral secara mencukupi. Jadi gizi buruk sebenarnya dapat dialami oleh
siapa saja, tanpa mengenal struktur sosial dan faktor ekonomi
Orang yang menderita gizi buruk akan
kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh atau untuk menjaga
kesehatannya. Seseorang dapat terkena gizi buruk dalam jangka panjang ataupun
pendek dengan kondisi yang ringan ataupun berat. Gizi buruk dapat mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental. Orang yang menderita gizi buruk akan mudah untuk
terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. Anak-anak
yang menderita gizi buruk juga akan terganggu pertumbuhannya, biasanya mereka tidak
tumbuh seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal.
Gizi buruk adalah bentuk terparah dari
proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana
dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun
menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan.
Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah
standar dikatakan gizi buruk Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis
disebut marasmus atau kwashiorkor.
B.
PENYEBAB MALNUTRISI
1.
Penyebab tak langsung
Kurangnya
jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat
bawaan, dan menderita penyakit kanker.
2.
Penyebab langsung
Ketersediaan
pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor
lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi buruk
adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja.
Oleh karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas
sektor.
Penyebab
lain gizi kurang dan gizi buruk:
1. Penyebab
pertama adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal sebagai daerah tropis
yang minim curah hujan. Kadang curah hujannya banyak tetapi dalam kurun waktu
yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu bukan menjadi berkat tetapi
mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini tidak ada
hujan menjadi kering kerontang! Tanaman jagung yang merupakan penunjang ekonomi
keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen. Akibatnya,
banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di daerah pelosok,
memakan apa saja demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan gizi yang kurang dan
bahkan buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan fungsi-fungsi otak.
2. Penyebab
kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial masyarakat
setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat ‘one dimensional,’ yakni
masyarakat yang memang sangat tergantung pada satu mata pencaharian saja.
Banyak orang menanam makanan ‘secukup’nya saja, artinya hasil panen itu cukup
untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen berikutnya. Belum ada
pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian mereka demi meraup keuntungan
atau demi meningkatkan pendapatan keluarga. Adanya budaya ‘alternatif’ yaitu
memanfaatkan halaman rumah untuk menanam sayur-mayur demi menunjang kebutuhan
sehari-hari.
C.
DAMPAK
MALNUTRISI (GIZI BURUK)
Dampak
gizi buruk pada anak terutama balita
1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental
anak sampai dewasa terhambat.
2. Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan
yang lebih sering terjadi
3. Bisa menyebabkan kematian bila tidak
dirawat secara intensif.
D.
TANDA-TANDA
DAN GEJALA MALNUTRISI
Ada
3 macam tipe Gizi buruk, yaitu :
1. Kwashiorkor
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa
Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Kwashiorkor
adalah gangguan gizi karena kekurangan protein biasa (KEP) sering disebut
busung lapar.
Dengan tanda-tanda dan gejala adalah
sebagai berikut:
a. Tampak
sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
b. Perubahan
Status mental
c. Rambut
tipis kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit,
rontok
d. Wajah
membulat dan sembab
e. Pandangan
mata sayu
f. Pembesaran
hati
g. Kelainan
kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas
h. Gangguan
pertumbuhan badan. Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai berat dan
panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya.
i.
Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak
kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak ada selera makan.
j.
Otot tubuh terlihat lemah dan tidak
berkembang dengan baik walaupun masih tampak adanya lapisan lemak di bawah
kulit.
2.
Marasmus
Marasmus
ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan
hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi.
Dengan tanda-tanda dan
gejala sebagai berikut:
a. Tampak
sangat kurus
b. Kulit
keriput
c. Perut
cekung
d. Anak
tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat jelas sekali
apabila anak dipegang pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak kurang dari
60% dari berat badan seharusnya menurut umur.
e. Wajah
anak tampak seperti muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang tampak
pada kwashiorkor. Pada penderita marasmus, muka anak tampak keriput dan cekung
sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah berusia lanjut. Oleh karena tubuh
anak sangat kurus, maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika dibandingkan
dengan badannya.
f. Pada
penderita marasmus biasanya ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi yang lain
seperti kekurangan vitamin C dan vitamin A.
3.
Marasmik-Kwashiorkor
Merupakan gabungan beberapa gejala
klinik Kwashiorkor – Marasmus. Penyakit Penyerta / Penyulit pada Anak Gizi
Buruk seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, anak yang berada dalam status
gizi buruk, umumnya sangat rentan terhadap penyakit. Seperti lingkaran setan,
penyakit-penyakit tersebut justru menambah rendahnya status gizi anak. Dengan
tanda- tanda:
a. Berat
badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan
kulit dan sebagainya.
b. Tubuh
mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
c. Kalium
dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti
gangguan pada ginjal dan pankreas.
d. Mineral
lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan
fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium. Gejala klinis
Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala
masing-masing penyakit tersebut.
E. PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN MALNUTRISI
Ø Pencegahan
Berikut adalah beberapa
cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1) Memberikan ASI
eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai
dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan
makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan
mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total
kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3) Rajin menimbang dan
mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah
pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
Ø Pengobatan
Pengobatan gizi buruk
·
Pada stadium ringan dengan perbaikan gizi.
·
Pengobatan pada stadium berat cenderung lebih kompleks karena
masing-masing penyakit harus diobati satu persatu. Penderitapun sebaiknya
dirawat di Rumah Sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh.
Pengobatan pada penderita MEP
(Malnutrisi Energi Protein) tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya.
Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi.
Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau
setara dengan 100-150 Kkal.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung
lebih kompleks karena masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu
per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat
perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta
maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh.
Ø Pravalensi
Status Gizi Balita (Gizi Kurang)/ Malnutrisi, Riskesdas 2007
Kasus gizi buruk masih menghantui
Sulawesi Selatan, yang pertumbuhan ekonominya diklaim mencapai 8 persen. Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mencatat ada 116 kasus anak balita gizi
buruk selama Januari hingga Maret 2011. Empat daerah kantong gizi buruk di
Sulsel adalah Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, Maros, dan Jeneponto.
"Prevalensi tingkat gizi buruk di Makassar
tahun 2010 ialah 6,8 persen, sedangkan Jeneponto 5,5 persen. Berdasarkan Riset
Kesehatan Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan tahun
2010, tingkat prevalensi gizi buruk nasional menurun dari 5,4 persen tahun 2007
menjadi 4,9 persen tahun 2010. Kendati demikian, masih ada kesenjangan
antarprovinsi. Sebanyak 18 provinsi di Indonesia setidaknya masih memiliki
tingkat prevalensi gizi buruk yang tinggi, seperti di antaranya di Sulsel (6,4
persen), Nusa Tenggara Barat (10,6 persen), dan Nusa Tenggara Timur (9 persen).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Malnutrisi atau gizi buruk adalah
keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Ditandai
dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor. Adapun penyebab penyakit malnutrisi yaitun tak langsung dimana kurangnya
jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat
bawaan, dan menderita penyakit kanker dan penyebab langsung dimana ketersediaan
pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.
Kasus gizi buruk masih menghantui
Sulawesi Selatan, yang pertumbuhan ekonominya diklaim mencapai 8 persen. Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mencatat ada 116 kasus anak balita gizi
buruk selama Januari hingga Maret 2011. Empat daerah gizi buruk di Sulsel
adalah Kota Makassar, Kabupaten Pangkep, Maros, dan Jeneponto. "Prevalensi
tingkat gizi buruk di Makassar tahun 2010 ialah 6,8 persen, sedangkan Jeneponto
5,5 persen. Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan tahun 2010, tingkat prevalensi gizi buruk
nasional menurun dari 5,4 persen tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010.
B.
SARAN
Jika Anda mengalami gejala-gejala
atau tanda-tanda seperti kekurangan gizi atau malnutrisi sebaiknya Anda segera
melakukan pemeriksaan ke dokter mata sesegera mungkin untuk pengobatan, sebelum
terjadi masalah yang besar.